Office +62 21 278 48 119 Marketing : +62 812-9616-1665 sales@revanindo.com

Smart building management system merupakan teknologi yang saat ini mulai banyak diterapkan pada bangunan-bangunan mulai dari rumah hunian hingga bangunan komersial. Sesuai namanya, konsep smart building membuat bangunan dapat lebih ramah lingkungan dan menghemat energi melalui pengaturan skenario dan penjadwalan.

Apa Itu Smart Building

Walaupun jika diartikan dalam bahasa Indonesia adalah bangunan pintar, smart building itu sendiri sebenarnya mengacu pada penerapan sistem pengaturan otomatis atau otomatisasi pada suatu bangunan. Sistem tersebut telah diatur menggunakan algoritma tertentu.

Dengan algoritma yang sudah terstruktur secara rapi, maka hampir semua komponen dapat dikelola secara otomatis. Karena itu smart building juga sering dikenal dengan sebutan BAS (Building Automation System).

Prinsip Kerja Smart Building

Smart building bekerja dengan mengintegrasikan berbagai komponen bangunan. Komponen-komponen yang diinstal ini akan diatur secara otomatis dan saling berkomunikasi dengan komponen lainnya. Untuk itu, bangunan ini biasanya menggunakan sensor.

Komponen Smart Building

Smart building management system terdiri dari beberapa komponen, di antaranya adalah sebagai berikut:

– Suhu dan Kelembaban

Suhu dan kelembaban biasanya dikenal dengan komponen HVAC atau Heating-Ventilation-Air Condition. Komponen yang satu ini berkaitan dengan tata udara yaitu memantau suhu dan kelembaban udara secara otomatis menggunakan sensor temperatur/suhu. Nantinya bisa diatur pada suhu berapa pemanas atau pendingin ruangan menyala atau mati secara otomatis, termasuk kapan jendela atau tirai terbuka atau tertutup.

– Pencahayaan

Penerangan dan pencahayaan juga termasuk komponen dalam instalasi smart building. Prinsip kerja sistem ini, ketika hari cerah, tirai akan terbuka dan ketika level cahaya sudah terang, maka lampu akan mati secara otomatis.

Sementara itu jika cuaca mendung atau hujan dan cahaya mulai redup, lampu akan menyala secara otomatis. Nantinya tingkat pencahayaan dapat diatur lebih detail lagi untuk mengaktifkan sensor otomatis, termasuk ketika jam operasional gedung selesai, lampu dapat diatur mati semua,kecuali ruang keamanan. Sensor yang digunakan untuk sistem otomatisasi pencahayaan ini biasanya berupa optical sensors.

Energi

Ukuran bangunna berbanding lurus dengan jumlah energi yang dibutuhkan. Semakin besar suatu bangunan, maka energi yang dibutuhkan juga semakin besar. Pengelolaan energi yang masih dilakukan secara konvensional biasanya ada kemungkinan faktor terlewat sehingga berpotensi terjadi pemborosan energi.

Selain tata udara dan pencahayaan, banyak komponen bangunan menggunakan listrik dan seharusnya komponen tersebut mati atau tidak terhubung dengan aliran listrik di luar jam operasional. Untuk itu, smart building juga menggunakan Electrical Current Sensors atau sensor CT.

Sensor tersebut memperhitungkan pemakaian energi suatu bangunan. Dengan sensor energi, pemborosan energi dapat diminimalisir. Ketika penggunaan energi sudah diketahui secara normal, jika ada penggunaan energi berlebih akan lebih mudah terdeteksi sehingga bisa lebih cepat dilakukan maintenance.

Keamanan

Sistem keamanan juga menjadi bagian dari smart building control system. Komponen ini meliputi door lock, CCTV, alarm, dan sensor yang semuanya saling terintegrasi sehingga bangunan menjadi lebih aman.

Demikian beberapa komponen dalam smart building management system. Dengan berbagai komponen tersebut, pengguna gedung tidak hanya akan mendapatkan kemudahan tetapi pengelolaan energi juga menjadi lebih efisien.

× Ada yang bisa kami bantu ?